Senin, 17 Oktober 2011

selalu ada senyum..

Rizqi yang ALLAH berikan memang terkadang tidak pernah kita duga, terkadang kita pun sampai tidak percaya, tapi, itulah kuasa Tuhan yang Maha Kuasa, percaya atau tidak, kalau ALLAH sudah mentakdirkan seseorang mendapatkan rizqi, maka tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya.

Manusia harus selalu berusaha se optimis mungkin dalam menjalankan hidupnya, perasaan pesimis hanya akan membunuh rasa keoptimisan tersebut. namun, tidak semua manusia berhasil dalam menjalankan misi keoptimisan tersebut, banyak halangan, rintangan dan tentu saja kemalasan dalam diri sendiri yang menjadi penyebab kita tidak bisa maju.

Senyum yang indah hari ini adalah siapapun orangnya, dari golongan apapun dia berkelompok, yang terpenting baginya harus tetap tersenyum, seindah senyum hari ini... Jakarta, 18 Oktober 2011 

Kamis, 06 Oktober 2011

ORANG MISKIN MEROKOK: Terjerat Adiksi Nikotin


ORANG MISKIN MEROKOK: Terjerat Adiksi Nikotin

Oleh :  Ahmad Syaiful Bahri

MEREKA MENYUMBANG KEPADA ORANG TERKAYA NEGERI INI: ADILKAH?

Rumah Tangga Termiskin Terperangkap Konsumsi Rokok

  • Enam dari sepuluh rumah tangga termiskin memiliki pengeluaran untuk membeli rokok (Tahun 2009). Tahun yang sama, 68% rumah tangga mempunyai pengeluaran untuk membeli rokok. Menurut kelompok pendapatan, mereka yang berada pada 20% rumah tangga dengan pengeluaran terendah, 57% memiliki pengeluaran untuk membeli rokok, artinya 6 dari 10 rumah tangga termiskin di Indonesia membelanjakan uangnya untuk membeli rokok, dan tentu hal ini membebani ekonomi rumah tangga termiskin dan mengorbankan pengeluaran lain yang lebih penting (lihat tabel di bawah ini)
Persentase Rumah Tangga (RT) yang memiliki pengeluaran untuk rokok  menurut Kelompok Pendapatan (Susenas 2009) – Lembaga Demografi FEUI
Kelompok Pendapatan
RT tanpa Pengeluaran Rokok
RT memiliki pengeluaran untuk rokok


Total
Termiskin
Q1
42,9
57,1
100
Q2
28,3
71,7
100
Q3
26,3
73,7
100
Q4
27,3
72,5
100
Terkaya Q5
34,3
65,7
100
Total
31,6
68,4
100









  • Pengeluaran untuk rokok di urutan kedua setelah makanan pokok. Untuk rumah termiskin yang memiliki pengeluaran untuk rokok, maka pengeluaran untuk rokok menempati urutan ked a pada tahun 2009. Untuk periode 2003 – 2007 pengeluaran untuk rokok konsisten di urutan ke dua, hanya lebih kecil dari pengeluaran untuk padi-padian (makanan pokok). Di tahun 2009, rata-rata 11% pendapatan rumah tangga termiskin yang ada perokoknya digunakan untuk membeli rokok (Susenas 2003 – 2009).
  • Tingginya kesempatan yang hilang akibat konsumsi rokok. Pengeluaran untuk rokok pada rumah tangga perokok termiskin 2009 adalah:
-       11 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk daging
-       7 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk buah-buahan
-       6 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk pendidikan
-       5 kali lebih banyak   dari pengeluaran untuk telur susu
-       2 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk ikan

Solusi Kebijakan Pengendalian Konsumsi Rokok

  • Untuk mengendalikan konsumsi rokok, ada empat instrumen utama yang terbukti efektif secara bertahap menurunkan prevalensi merokok yaitu:
-       Peningkatan harga rokok melalui peningkatan cukai rokok
-       Pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok
-       Peringatan kesehatan bergambar pada setiap bungkus rokok
-       Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Keempat instrumen di atas harus diterapkan secara simultan, agar konsumsi rokok pada kelompok rentan (anak dan remaja, perempuan dan orang miskin) dapat diturunkan.
  • Kewenangan dalam implementasi empat instrumen kebijakan di atas berbeda, ada yang di tingkat pusat dan ada yang di tingkat daerah, tiga yang pertama di tingkat pusat, yang terakhir di tingkat daerah.
  • Menurut UU No. 39/2007 tentang Cukai, barang-barang yang kena cukai adalah barang-barang yang mempunyai sifat atau karakteristik: (a) konsumsinya harus dikendalikan, (b) peredarannya perlu diawasi, (c) pemakaiannya berdampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, dan (d) pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan. Rokok adalah barang kena cukai.

Rabu, 05 Oktober 2011

ANAK INDONESIA : Sasaran Empuk Industri Rokok Menjadi Perokok


   
     LEMBAR FAKTA
ANAK INDONESIA :
Sasaran Empuk Industri Rokok Menjadi Perokok

Anak Indonesia menjadi pesakitan dan kecanduan

  • Anak Indonesia menjadi sasaran empuk sebagai generasi penerus perokok abadi di Indonesia
  • Berbagai macam cara industri rokok agar anak Indonesia terjerat candu rokok, seperti musik, budaya, seni, dan iklan rokok yang berada di samping sekolah.
  • Iklan rokok meningkatkan konsumsi tembakau di kalangan anak-anak dan remaja. Ini akan menciptakan lingkungan yang menganggap biasa konsumsi rokok.[1]
  • Iklan rokok sengaja menyasar anak – anak dan remaja.[2]
  • Iklan efektif mempengaruhi persepsi dan pikiran remaja. Sebanyak 99,7 persen anak melihat iklan rokok di televisi, 70 persen diantaranya memandang positif iklan rokok. Ada 50 persen perokok remaja merasa lebih percaya diri dan 37 persen merasa keren dengan merokok, seperti dicitrakan dalam iklan rokok. Perokok remaja putri juga merasa punya banyak teman jika merokok.[3] 
  • Iklan, promosi dan sponsor rokok berkontribusi pada perilaku anak untuk merokok. [4]

Acara sosial dan keagamaan juga tak luput dari iklan, promosi dan sponsor rokok, yang disitu ada anak-anak.

  • Iklan, promosi, dan sponsor rokok mentargetkan rakyat miskin untuk mengkonsumsi rokok, termasuk anak-anak Indonesia.
  • Larangan menyeluruh iklan, promosi dan sponsor rokok akan melindungi anak dan remaja dari bahaya rokok.
  • Iklan rokok yang menggambarkan rokok sebagai produk tidak berbahaya, life style, modis, dan menjadi gaya hidup sangat menyesatkan.

Kata Kunci:
Iklan, promosi dan sponsor rokok mempengaruhi mental dan otak anak untuk merokok.


[1] Fakta Tembakau Permasalahanya di Indonesia tahun 2009, hal. 87
[2] ibid
[3] Koalisi Indonesia Sehat, 2008
[4] ibid