Selasa, 22 Januari 2013

Selalu ada kesempatan

''Rizki sudah ada yang mengatur'' kata Bapakku. ''Kamu tidak perlu takut akan kehilangan suatu kesempatan'', begitu Bapakku menambahkan.

Memang benar apa yang bapakku bilang, beliau selalu memberikan nasihat dikala saya sedang susah. dilanda kegalauan. mudah - mudahan bapakku sehat selalu dan selalu dalam lindungan ALLAH SWT. Amiiin..

Kesempatan memang termasuk sesuatu yang diimpikan semua orang, tentunya kesempatan yang positif ya, bukan kesempatan negatif, apalagi kesempatan dalam kesempitan, itu yang tidak boleh.

Kesempatan harus kita raih, karena tidak ada kamusnya kesempatan datang tiba - tiba. Semua ada prosesnya. Banyak orang membuang kesempatan. Termasuk saya, pada saat itu saya memang benar - benar harus membuang kesempatan yang sudah saya raih. LULUS. namaku terpampang di surat kabar. Bahagia. namun kebahagiaan itu cuman mampir sebentar saja, karena saya harus membuangnya jauh jauh. membuang kesempatan yang hampir diimpikan oleh semua orang.

Sedih dan menangis kala itu tumpah ruah menjadi satu. Namun, melihat orang tuaku yang jatuh sakit. Saya pun harus memperlihatkan sikap yang bahagia dan ceria.

Seiring berjalannya waktu, semua kembali normal. Dan Saya sudah MELUPAKAN semuanya.
Tapi bapakku takkan pernah bosan untuk menasihatiku : masih ada kesempatan yang lain.

Salam
Jakarta, 21 Januari 2013

Melawan Kejumudan

Jumud alias stagnan, anak muda sekarang sering menyebutnya dengan mati gaya. Entah definisi apa lagi untuk menggambarkan kejumudan.

Sepanjang hari ini saya melawan kejumudan yang melanda diriku. Mungkin efek banjir yang melanda Ibukota ya. Jadi semua orang masih ber malas malasan. Namun, pekerjaan seperti saya yang membutuhkan deadline dan di bawah tekanan harus pintar pintar membunuh sifat jumud ini.

Sifat jumud bisa membunuh kreativitas seseorang. Bahkan bisa membuat seseorang tidak bisa menjadi maju.
Namun, hal itu bukan alasan untuk meraih prestasi.

Kembali ke topik, hari ini (22/01), saya benar benar jenuh dengan kondisi seperti ini, khususnya karena menunggu kabar dari mitra pelaksana yang tidak mengirimkan dokumen pengajuan keuangan untuk fase II.

Saya benar - benar BT tingkat tinggi di kantor, entah harus dengan apa saya mengingatkan mereka untuk segera mengirimkan dokumen, Email sudah, SMS sudah, Telepon juga sudah, namun jawabannya nanti. Apalagi banjir melanda, itu sudah pasti menjadi alasan mereka untuk menunda pekerjaan.

Capeeekk banget nungguinnya. memang paling menyebalkan adalah pekerjaan menunggu.

Hari ini memang membuat tambah jumud.

Jakarta, 22 - 01 - 2013

Sabtu, 12 Januari 2013

Kembalinya sang fajar

Kala itu, fajar menjelang, diiringi adzan berkumandang. Saling bersahutan, dari ujung timur sampai ujung barat. Ya, waktu subuh telah tiba, bagi umat Islam. Inilah saatnya menghadap Robbul Izzati, sang Kholiq yang telah mempagikan malam.

Di tengah rasa kantuk yang mendera, dan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, kulangkahkan untuk mengambil air wudlu untuk segera menghadap-Nya, melapor dan mendekatkan diri setelah diberi kenikmatan tidur dan masih diberikan kesempatan untuk bangun.

Rasa rindu untuk segera menghadap sang Khaliq membuat langkahku dipercepat. Ingin rasanya agar segera bermunajat kepada-Nya. ada hal yang membuat pagi itu aku merinding, yaitu aku berfikir bahwa kembalinya sang fajar adalah diibaratkan kembali nya manusia.

Sejauh dan sedalam apapun manusia berjalan di muka bumi ini, suatu saat akan kembali kepada sang Khaliq.

Ayo, sahabat dan kawan, jangan ragu dan jangan sia siakan sisa hidupmu. Bangun di kala subuh, akan membuat kita menjadi lebih fresh dan lebih menghargai waktu bahwa hidup bukan hanya untuk tidur.

Bukankah Sholat itu lebih baik dari pada tidur ?

Jakarta, 10 Januari 2013